Total Tayangan Halaman

Jumat, 02 Desember 2011

HIV / AIDS



Penyebab AIDS
Penyebab timbulnya penyakit AIDS belum dapat dijelaskan sepenuhnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa virus HIV telah ada di dalam tubuh sebelum munculnya penyakit AIDS ini. Namun kenyataan bahwa tidak semua orang yang terinfeksi virus HIV ini terjangkit penyakit AIDS menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain yang berperan di sini. Penggunaan alkohol dan obat bius, kurang gizi, tingkat stress yang tinggi dan adanya penyakit lain terutama penyakit yang ditularkan lewat alat kelamin merupakan faktor-faktor yang mungkin berperan. Faktor yang lain adalah waktu. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kesempatan untuk terkena AIDS meningkat, bukannya menurun dikarenakan faktor waktu.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa HIV secara terus menerus memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok-kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-helper. Normalnya sel T-helper ini (juga disebut sel T4) memainkan suatu peranan penting pada pencegahan infeksi. Ketika terjadi infeksi, sel-sel ini akan berkembang dengan cepat, memberi tanda pada bagian sistem kekebalan tubuh yang lain bahwa telah terjadi infeksi. Hasilnya, tubuh memproduksi antibodi yang menyerang dan menghancurkan bakteri-bakteri dan virus-virus yang berbahaya.
Selain mengerahkan sistem kekebalan tubuh untuk memerangi infeksi, sel T-helper juga memberi tanda bagi sekelompok sel-sel darah putih lainnya yang disebut sel T-suppressor atau T8, ketika tiba saatnya bagi sistem kekebalan tubuh untuk menghentikan serangannya.
·Biasanya kita memiliki lebih banyak sel-sel T-helper dalam darah daripada sel-sel T-suppressor, dan ketika sistem kekebalan sedang bekerja dengan baik, perbandingannya kira-kira dua banding satu. Jika orang menderita penyakit AIDS, perbandingan ini kebalikannya, yaitu sel-sel T-suppressor melebihi jumlah sel-sel T-helper. Akibatnya, penderita AIDS tidak hanya mempunyai lebih sedikit sel-sel penolong yaitu sel T-helper untuk mencegah infeksi, tetapi juga terdapat sel-sel penyerang yang menyerbu sel-sel penolong yang sedang bekerja.
·Selain mengetahui bahwa virus HIV membunuh sel-sel T-helper, kita juga perlu tahu bahwa tidak seperti virus-virus yang lain, virus HIV ini mengubah struktur sel yang diserangnya. Virus ini menyerang dengan cara menggabungkan kode genetiknya dengan bahan genetik sel yang menularinya. Hasilnya, sel yang ditulari berubah menjadi pabrik pengasil virus HIV yang dilepaskan ke dalam aliran darah dan dapat menulari sel-sel T-helper yang lain. Proses ini akan terjadi berulang-ulang.
·Virus yang bekerja seperti ini disebut retrovirus. Yang membuat virus ini lebih sulit ditangani daripada virus lain adalah karena virus ini menjadi bagian dari struktur genetik sel yang ditulari, dan tidak ada cara untuk melepaskan diri dari virus ini. Ini berarti bahwa orang yang terinfeksi virus ini mungkin terinfeksi seumur hidupnya. Selain itu dapat berarti bahwa orang yang mengidap HIV dapat menulari sepanjang hidup.
·Cara virus ini merusak fungsi sistem kekebalan tubuh belum dapat diungkapkan sepenuhnya. Teori yang terbaru namun belum dapat dibuktikan kebenarannya menyatakan bahwa rusaknya sistem kekebalan yang terjadi pada pengidap AIDS mungkin dikarenakan tubuh menganggap sel-sel T-helpernya yang terinfeksi sebagai “musuh”. Jika demikian kasusnya, lalu apa yang akan dilakukan oleh mekanisme pertahanan tubuh yaitu mulai memproduksi antibodi untuk mencoba menyerang sel-sel T yang telah terinfeksi. Akan tetapi antibodi juga akan diproduksi untuk menyerang sel T-helper yang tidak terinfeksi, mungkin juga merusak atau membuat sel-sel ini tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jika demikian, HIV akan menyerang sistem kekebalan tubuh tidak hanya dengan membunuh sel-T tetapi dengan mengelabuhi tubuh dengan membiarkan tubuh sendiri yang menyerang mekanisme pertahanannya.
·HIV tidak hanya menyerang sistem kekebalan tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus ini juga merusask otak dan sistem saraf pusat. Otopsi yang dilakukan pada otak pengidap AIDS yang telah meniggal mengungkapkan bahwa virus ini juga menyebabkan hilangnya banyak sekali jaringan otak. Pada waktu yang bersamaan, peneliti lain telah berusaha untuk mengisolasi HIV dengan cairan cerebrospinal dari orang yang tidak menunjukkan gejala-gejala terjangkit AIDS. Penemuan ini benar-benar membuat risau. Sementara para peneliti masih berpikir bahwa HIV hanya menyerang sistem kekebalan, semua orang yang terinfeksi virus ini tetapi tidak menunjukkan gejala terjangkit AIDS atau penyakit yang berhubungan dengan HIV dapat dianggap bisa terbebas dari kerusakan jaringan otak. Saat ini hal yang cukup mengerikan adalah bahwa mereka yang telah terinfeksi virus HIV pada akhirnya mungkin menderita kerusakan otak dan sistem saraf pusat.
Pengertian HIV AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.[5] Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
Situasi AIDS di Indonesia

Tuesday, 10 May 2011 16:05 administrator
            Selama tiga bulan terakhir, Januari - Maret 2011, tambahan jumlah pengidap AIDS baru yang dilaporkan adalah 351 kasus dari 27 kab/kota di 12 provinsi. Cara penularan terbanyak melalui heteroseksual (66,95%), Pengguna Narkoba Suntik (Penasun=IDU) (23,08%), perinatal atau dari ibu pengidap kepada bayinya (5,7%), lelaki seks lelaki (LSL) (3,42%).
Kasus tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 30-39 tahun (33,62%) disusul kelompok umur 20-29 tahun (33,05%) dan kelompok umur 40-49 tahun (17,09%). Sedangkan jumlah kasus HIV positif pada layanan Voluntary Counseling Test (VCT) pada triwulan I tahun 2011 sebanyak 4.552 kasus. Hal itu disampaikan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI tentang situasi perkembangan HIV&AIDS di Indonesia triwulan pertama 2011.
Rate kasus AIDS Nasional sampai dengan Maret 2011 adalah 10,62 per 100.000 penduduk (berdasarkan data BPS 2009, jumlah penduduk Indonesia 230.632.700 jiwa). Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari provinsi Papua (16,6 kali rate nasional), Bali (4,7 kali rate nasional), DKI Jakarta (4,3 kali rate nasional), Kep. Riau (2,4 kali rate nasional), Kalimantan Barat (2,3 kali rate nasional), Dl Yogyakarta (1,5 kali rate nasional), Maluku (1,4 kali rate nasional), dan Bangka Belitung (1,1 kali rate nasional).
Secara kumulatif, jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sejak 1978 sampai Maret 2011 sebanyak 24.482 kasus tersebar di 300 kab/kota di 32 provinsi. Proporsi kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (47,2%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (31,3%) dan kelompok umur 40-49 tahun (9,5%). Dari jumlah itu, 4.602 kasus atau 18,8 % diantaranya meninggal dunia. Sementara kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta (3.995), Jawa Timur (3.775), Jawa Barat (3.728), Papua (3.712), Bali (1.747), Kalimantan Barat (1.125), Jawa Tengah (1.030), Sulawesi Selatan (591), Sumatera Utara (507), dan DIY (505). Cara penularan kasus AIDS terbanyak melalui heteroseksual (53,1%), disusul IDU (37,9%), LSL (3,0%), perinatal (2,6%), transfusi darah (0,2%) dan tidak diketahui (3,2%). Proporsi infeksi oportunistik yang terbanyak adalah TBC (11.915 kasus), diare kronis (7.254 kasus), kandidiasis oro-faringenal (7.098 kasus), dermatitis generalisata (1.767 kasus), dan limfadenopati generalist persisten (795 kasus).
Jumlah kasus HIV positif kumulatif sebanyak 59.941 dengan positive rate 10,1%. Jumlah kasus HIV positif sampai dengan Maret 2011 terbanyak dilaporkan dari provinsi DKI Jakarta (15.769), Jawa Timur (7.734), Jawa Barat (4.535), Sumatera Utara (4.059), Kalimantan Barat (2.785) dan Jawa Tengah (2.709). Ditambahkan Dirjen P2PL, HIV/AIDS sampai saat ini belum ada obat yang ampuh dan vaksin  untuk mencegahnya. Satu-satunya obat yang ada adalah ARV (Anti Retroviral Virus) yang berfungsi untuk menekan perkembangan virus.  Pada Maret 2011 terdapat 20.069 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang masih menerima ARV (55.4 % dari yang pernah menerima ARV). Jumlah ODHA yang masih dalam pengobatan ARV tertinggi dilaporkan dari provinsi DKI Jakarta (7.998), Jawa Barat (2.200), Jawa Timur (1.859), Bali (1.293), Papua (988), Jawa Tengah (713), Sumatera Utara (767) Kalimantan Barat (541), Kepulauan Riau (569), dan Sulawesi Selatan (500).
Menurut Prof. Tjandra, tingkat kematian ODHA menurun dari 46 % pada tahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2010. Sebanyak 80% ODHA masih menggunakan rejimen lini pertama, 16.7% telah substitusi (salah satu ARV-nya diganti dengan obat ARV lain tapi masih pada kelompok lini pertama yang original) dan 4% switch (1 atau 2 jenis ARV-nya diganti dengan obat ARV lini kedua). Selain itu, sebanyak 2.536 orang aktif melakukan Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM).

Sumber: www.depkes.go.id

AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih parah dari pada biasanya:
HIV terdapat dalam sebagian cairan tubuh, yaitu:
·      Darah
·      Air mani
·      Cairan vagina
·      Air susu ibu (ASI)
HIV menular melalui:
·      Bersenggama yang membiarkan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang HIV-positif masuk ke aliran darah orang yang belum terinfeksi (yaitu senggama yang dilakukan tanpa kondom melalui vagina atau dubur; juga melalui mulut, walau dengan kemungkinan kecil).
·      Memakai jarum suntik yang bekas pakai orang lain, dan yang mengandung darah yang terinfeksi HIV.
·      Menerima transfusi darah yang terinfeksi HIV.
·      Dari ibu HIV-positif ke bayi dalam kandungan, waktu melahirkan, dan jika menyusui sendiri.
HIV tidak menular melalui:
·      Bersalaman, berpelukan
·      Berciuman
·      Batuk, bersin
·      Memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar mandi, WC, kamar tidur, dll.
·      Gigitan nyamuk
·      Bekerja, bersekolah, berkendaraan bersama
·      Memakai fasilitas umum misalnya kolam renang, WC umum, sauna, dll.
HIV tidak dapat menular melalui udara. Virus ini juga cepat mati jika berada di luar tubuh. Virus ini dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih (bleach) seperti Bayclin atau Chlorox, atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka.
Diposkan oleh Makhluk Surga di 09:26


Gejala Penyakit HIV AIDS
Penyakit HIV bukan penyakit yang langsung menimbulkan reaksi sakit pada seseorang. Akan tetapi penyakit ini akan terasa jika sudah lama menderita akan tetapi tidak segera ditangani. Ada masa-masa yang akan dijalani dalam tahapan penyakit tersebut.
- Masa 3 bulan pertama
Pada masa sehabis tertular penyakit tersebut tidak terlihat gejala akan tanda-tanda terkenanya penyakit HIV. Pada awalnya sulit diketahui karena seringkali mirip penyakit ringan sehari-hari seperti flu dan diare sehingga penderita tampak sehat. Karena pada tubuh belum membentuk antibodi/virus secara sempurna,sehingga tes darah tidak memperlihatkan bahwa orang tersebut telah tertular HIV. Kadang-kadang dalam 6 minggu pertama setelah kontak penularan timbul gejala tidak berupa demam,rasa letih,sakit sendi,sakit menelan dan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah telinga,ketiak dan selangkangan.
- Masa 5-7 tahun
Pada masa 5-7 tahun yang sudah dijalani oleh si penderita maka penyakit tersebut baru dapat terdeteksi dari tes darah. Yang akan menunjukkan adanya antibodi/virus HIV dalam darah. Artinya positif HIV, akan tetapi dalam masa tersebut tidak timbul gejala yang menunjukkan orang tersebut menderita AIDS, atau si penderita masih tampak sehat. Tergantung pada penderita, mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut dan pembengkakan di daerah kelenjar getah bening.
- Masa kronis
Dalam masa ini sering disebut masa sebagai penderita AIDS. Gejala AIDS sudah timbul dan pada umumnya si penderita dapat bertahan 6 bulan sampai 2 tahun dan kemudian meninggal. Karena pada masa ini virus tersebut sudah menjalar dan sistem imun pun mulai menurun sehingga mudah sekali terkena penyakit.
Maka baru akan timbul gejala-gejala seperti berikut :
1. Saluran pernafasan
Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seperti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia).
2. Saluran Pencernaan
Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diare yang kronik.
3. Berat badan tubuh
Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diare kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan
Terjadinya gangguan pada syaraf central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit)
Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau cacar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita
Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah “pelvic inflammatory disease (PID)” dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).
Upaya Pencegahan AIDS
Mengingat sampai saat ini obat untuk mengobati dan vaksin untuk mencegah AIDS belum ditemukan, maka alternatif untuk menanggulangi masalah AIDS yang terus meningkat ini adalah dengan upaya pencegahan oleh semua pihak untuk tidak terlibat dalam lingkaran transmisi yang memungkinkan dapat terserang HIV.
Pada dasarnya upaya pencegahan AIDS dapat dilakukan oleh semua pihak asal mengetahui cara-cara penyebaran AIDS.
© 2004 Digitized by USU digital library 6

Ada 2 cara pencegahan AIDS yaitu jangka pendek dan jangka panjang :

1. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Pendek
Upaya pencegahan AIDS jangka pendek adalah dengan KIE, memberikan informasi kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga dapat diketahui langkah-langkah pencegahannya.
Ada 3 pola penyebaran virus HIV :
1. Melalui hubungan seksual
2. Melaui darah
3. Melaui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya


Ad.1. Pencegahan Infeksi HIV Melaui Hubungan Seksual

HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti berperan dalam penularan AIDS adalah mani, cairan vagina dan darah.
HIV dapat menyebar melalui hubungan seksual pria ke wanita, dari wanita ke pria dan dari pria ke pria.
Setelah mengetahui cara penyebaran HIV melaui hubungan seksual maka upaya pencegahan adalah dengan cara :
• Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif, namun tidak mungkin dilaksanakan sebab seks merupakan kebutuhan biologis.
• Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual yang setia dan tidak terinfeksi HIV (homogami)
• Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
• Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular AIDS.
• Tidak melakukan hubungan anogenital.
• Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.

Ad.2. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Darah
Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS. Penularan AIDS melalui darah terjadi dengan :
− Transfusi darah yang mengandung HIV.
− Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas pakai orang yang mengidap HIV tanpa disterilkan dengan baik.
− Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pakai orang yang mengidap virus HIV.
Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penularan melalui darah adalah:
− Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan jalan memeriksa darah donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan sebab memerlukan biaya yang tingi serta peralatan canggih karena prevalensi HIV di Indonesia masih rendah, maka pemeriksaan donor darah hanya dengan uji petik.
− Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi donor darah. Apabila terpaksa karena menolak, menjadi donor menyalahi kode etik, maka darah yang dicurigai harus di buang.
− Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara baku setiap kali habis dipakai.
− Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus disterillisasikan secara baku.
− Kelompok penyalahgunaan narkotik harus menghentikan kebiasaan penyuntikan obat ke dalam badannya serta menghentikan kebiasaan mengunakan jarum suntik bersama.
− Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)
− Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV.

Ad.3. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Ibu
Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut kepada janinnya. Penularan dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan, pada waktu persalinan dan sesudah bayi di lahirkan.
Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi penularan hanya dengan himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak hamil.

2. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Panjang

Penyebaran AIDS di Indonesia (Asia Pasifik) sebagian besar adalah karena hubungan seksual, terutama dengan orang asing. Kasus AIDS yang menimpa orang Indonesia adalah mereka yang pernah ke luar negeri dan mengadakan hubungan seksual dengan orang asing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko penularan dari suami pengidap HIV ke istrinya adalah 22% dan istri pengidap HIV ke suaminya adalah 8%. Namun ada penelitian lain yang berpendapat bahwa resiko penularan suami ke istri atau istri ke suami dianggap sama. Kemungkinan penularan tidak terganggu pada frekuensi hubungan seksual yang dilakukan suami istri. Mengingat masalah seksual masih merupakan barang tabu di Indonesia, karena norma-norma budaya dan agama yang masih kuat, sebetulnya masyarakat kita tidak perlu risau terhadap penyebaran virus AIDS. Namun demikian kita tidak boleh lengah sebab negara kita merupakan negara terbuka dan tahun 1991 adalah tahun melewati Indonesia.
Upaya jangka panjang yang harus kita lakukan untuk mencegah merajalelanya AIDS adalah merubah sikap dan perilaku masyarakat dengan kegiatan yang meningkatkan norma-norma agama maupun sosial sehingga masyarakat dapat berperilaku seksual yang bertanggung jawab.
Yang dimaksud dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab adalah :
a. Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali.
b. Hanya melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang setia dan tidak terinfeksi HIV (monogamy).
c. Menghindari hubungan seksual dengan wanita-wanita tuna susila.
d. Menghindari hubungan seksual dengan orang yang mempunyai lebih dari satu mitra seksual.
e. Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin.
f. Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
g. Hindari hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS.
h. Tidak melakukan hubungan anogenital.
i. Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual.
Kegiatan tersebut dapat berupa dialog antara tokoh-tokoh agama, penyebarluasan informasi tentang AIDS dengan bahasa agama, melalui penataran P4 dan lain-lain yang bertujuan untuk mempertebal iman serta norma-norma agama menuju perilaku seksual yang bertanggung jawab.
Dengan perilaku seksual yang bertanggung jawab diharapkan mampu mencegah penyebaran penyakit AIDS di Indonesia.

© 2004 Digitized by USU digital library 8
PeranMaha siswa Dalam Mencegah AIDS
AIDS (acquired immunodefficiency syndrome) merupakan suatu kumpulan tanda dan gejala yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat terinveksi oleh HIV (human immunodefficiency virus). Gawatnya AIDS menciptakan implikasi yang sangat luas, menjangkau hampir seluruh sendi kehidupan, khususnya dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, etis, dan bahkan politik. Titik berat program penanggulangan AIDS ialah upaya pencegahan. Berhubung vaksin untuk mencegah penularan AIDS belum juga ditemukan, satu-satunya upaya pencegahan yang berdampak positif ialah pendidikan dalam arti luas, tidak sekadar penyuluhan kesehatan tetapi juga pembentukan perilaku hidup sehat yang bertanggung jawab, termasuk perilaku seksual.
Untuk secepatnya memotong rantai penularan, pendidikan difokuskan pada sasaran primer, yaitu mereka yang berisiko tinggi. Dalam jangka panjang, sesungguhnya remaja merupakan sasaran primer strategis berikutnya. Meskipun sebagian besar remaja belum menjadi pelaku seks aktif, sekarang ini remaja cukup rawan terhadap penyalit menular seksual (PMS) termasuk AIDS. Hal ini mungkin, sebab secara hayati mereka siap dan ingin mengetahui tentang seks, sementara mereka kurang diberi informasi. Banyak persepsi yang salah mengenai cara penularan AIDS, misalnya lewat jabat tangan, gigitan nyamuk, tinggal serumah, atau kutukan Tuhan. Sebagian besar remaja berada di tingkat sekolah lanjutan, baik sekolah umum maupun kejuruan. Siswa pada umumnya setuju bila sekolah ikut berperan dalam upaya mencegah meluasnya penyakit AIDS melalui program pendidikan pencegahan. Dengan demikian tujuan kajian ini ialah memperoleh informasi tentang perilaku siswa terhadap AIDS, yang kemudian digunakan sebagai bahan ajar untuk program pencegahan AIDS pada siswa sekolah lanjutan di Jawa Tengah dan umumnya di Indonesia.
Agar siswa sekolah lanjutan memiliki kepedulian, pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik terhadap AIDS sehingga mereka dapat terhindar dari infeksi HIV, salah satu cara ialah menyusun buku Pedoman Pencegahan AIDS yang dapat digunakan oleh guru dan murid. Buku tersebut berfungsi sebagai pegangan, meskipun masih banyak faktor yang mempengaruhi infeksi HIV di masyarakat. Buku disusun berdasarkan kajian pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa terhadap AIDS, yang menunjukkan bahwa perilaku umum siswa tidak jauh berbeda dengan remaja lain. Pengetahuan responden mengenai cara penularan AIDS sangat beragam, tetapi sebagian besar siswa (83.3%) sudah mengetahui bahwa cara penularan terbanyak ialah lewat hubungan seksual. Cara penularan lewat kegiatan sosial sudah baik, tetapi masih saja ada persepsi salah mengenai kegiatan sosial yang dimaksud, misalnya lewat jabat tangan, tinggal bersama serumah mampu menularkan (25.9%), lewat kolam renang (16.9%), air ludah (15.3%). Sikap responden terhadap keberadaan penderita AIDS atau pengidap HIV beragam; ada yang menolak dan ada juga yang masih menerima, misalnya ada yang menyatakan tidak boleh ikut bermain (42.5%), tidak boleh merawat teman yang terkena AIDS (32.4%). Mata ajaran pencegahan AIDS diinginkan oleh banyak siswa (88.7%). Saran dari siswa ialah digalakkannya pendidikan kesehatan remaja, cara mencegah PMS dan AID agar siswa mengetahui secara pasti perkembangan pengetahuan penyakit tersebut dan mengetahui dengan pasti cara penularannya.
Dengan alasan yang dikemukakan tadi, perlu dilakukan 3 kegiatan. Kegiatan pertama ialah pelatihan dan lokakarya guru mengenai pendidikan pencegahan AIDS untuk anak sekolah. Materi yang diberikan antara lain masalah kesehatan remaja, epidemiologi AIDS, pengenalan keluhan dan gejala AIDS, dan program pencegahan AIDS. Kegiatan kedua ialah pendidikan pencegahan AIDS oleh guru di sekolah dengan berbagai bentuk penyampaian, yaitu dengan menyisipkan materi dalam mata ajaran atau sistem paket. Kegiatan ketiga ialah evaluasi setelah diberi intervensi program pendidiikan, baik terhadap guru maupun siswa terpilih. Guru yang mengikuti pentaloka program pendidikan pencegahan AIDS diikut-sertakan dalam evaluasi, dengan cara evaluasi kualitatif (diskusi) dan evaluasi kuantitatif (mengisi kuesioner).
Mengenai buku pedoman, pada umumnya guru berpendapat bahwa isinya secara keseluruhan cukup baik, tetapi bab epidemiologi perlu diganti menjadi penularan penyakit. Ilustrasi berupa gambar perlu dibenahi. Pedoman sebaiknya tidak difotokopi, tetapi dicetak untuk meningkatkan mutu tampilannya. Buku pedoman yang diberikan oleh tim peneliti umumnya (98.5%) masih disimpan dan dimanfaatkan juga untuk keperluan penyuluhan lain di luar siswa. Menurut guru mengenai pelaksanaan program pendidikan AIDS, perhatian  murid sangat baik meskipun banyak yang tersipu malu, terutama murid sekolah lanjutan tingkat pertama. Para guru juga menyarankan agar program pendidikan pencegahan AIDS selekasnya dilaksanakan untuk semua siswa sekolah lanjutan. Hasil evaluasi terhadap guru dan murid menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara siswa yang diintervensi (n = 640) dan yang tidak diintervensi (n = 607), dengan nilai p < 0.00001.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar